Mari Mengenali Karakter Anda Melalui Kisah (Fiktif) Dari Miyamoto Musashi Berikut Ini!

Ape lu liat-liat?

Jagoan pedang kita, Miyamoto Musashi ditantang sama bandit desa bernama Bejo Watanabe.

Eitts, jangan protes. Simak dulu ceritanya.

Si Bejo Watanabe ini gerah lantaran Musashi tiba-tiba nyeludur masuk wilayah kekuasaannya dan menggarap ladang tanpa memberikan upeti. Musashi berdalih bahwa tanah kosong itu bukan milik siapa-siapa, jadi ia merasa berhak untuk mengolahnya. Pada masa itu belum ada surat tanah dan sebagainya, sehingga barangsiapa menemukan lahan kosong, maka siapapun berhak untuk mengolah dan memanfaatkannya.

Karena dua-duanya sama-sama ngotot, maka pedanglah yang jadi penengahnya. Bejo Watanabe menghunus pedangnya, menantang Musashi untuk melakukan hal yang serupa.

Musashi sempat ragu. Dirabanya ujung gagang pedangnya. Setelah melihat sebentar ke arah Bejo Watanabe, lalu....

SETTT!! CKRING!!!

Musashi balik kanan, mengemasi barang-barangnya lalu pergi meninggalkan Bejo Watanabe dan ladangnya.

Dengan wajah blo'on, Bejo Watanabe melongo. Musashi terus berjalan, semakin menjauh.

Lima tahun Musashi mencari jawaban kenapa dia mundur dari pertarungan itu. Mungkinkah dia gengsi kalau harus berhadapan dengan orang sekaliber Bejo W? (capek nulisnya) Dia tahu, kemampuan berpedang si Bejo W tidak ada apa-apanya. Dengan sekali tebas, Musashi yakin ia bisa segera bikin kepala si Bejo ini melayang.

Atau mungkin ia memutuskan untuk melawan sesuatu yang lebih kuat dari si Bejo W: keinginan untuk menang?

Atau mungkin ia malu diliatin orang banyak? Entahlah. Yang pasti masyarakat terus-menerus menggunjingkan dirinya yang 'kabur' dari duel itu.

Di bulan Desember akhir dari lima tahun pengembaraannya, Musashi ketemu (Alm) Ustadz Jefri. Ia mencurahkan kegundahan hatinya ini pada sang ustadz dan minta nasehat.

Ustadz kita ini cuma tersenyum lalu bilang, "Nggak ada gunanya kamu menghiraukan gunjingan-gunjingan masyarakat tentang kamu, namun kamu tetap harus membuktikan karakter dan kepribadianmu. Orang boleh bilang kamu pengecut dan kamu tidak perlu menanggapinya. Yang perlu kamu lakukan cuma sekedar membuktikan karakter dan kepribadianmu: apakah kamu seorang pengecut atau bukan".

*********

Nah para pembacaku yang baik dan luas hatinya, jangan langsung gundah gulana ketika Anda dituduh ini itu padahal Anda nggak merasa seperti itu. Nggak perlu sampeyan pedulikan tuduhan-tuduhan semacam itu. Tapi sampeyan juga kudu introspeksi diri karena nggak mungkin ada asap kalo nggak ada api. Yang perlu sampeyan lakukan cuma berbuat, melakukan hal yang merepresentasikan karakter sampeyan. Urusan salah tompo dan sebagainya itu bukan urusan sampeyan.

0 comments:

Posting Komentar