Ilmu Kebal



Suatu hari, seorang pedagang apel datang ke sebuah kota.


Disana ia membuka sebuah toko kecil di pinggir jalan.


Sedikit demi sedikit, toko yang dikelola pedagang itu mulai dikunjungi pelanggan. Orang-orang kota menyukai apelnya karena rasanya yang manis dan segar.


Pada suatu malam, entah kenapa sang pedagang memiliki ide untuk mengurangi berat timbangan apelnya. "Bila aku melakukan hal ini, keuntungan yang kudapat akan semakin berlipat ganda" bisiknya dalam hati.


Keesokan harinya, ia mulai mengurangi timbangan apelnya sedikit demi sedikit. Tak ada seorang pelanggan pun yang curiga. Mereka tetap membeli apel dari tokonya, karena apelnya memang manis dan segar.


Pedagang itu lalu mengurangi takarannya lagi. Lama kelamaan, ia hanya menjual separuh dari apa yang seharusnya menjadi hak pelanggannya dengan harga yang sama. Namun anehnya pelanggannya tak berkurang, namun semakin bertambah ramai saja.


Penjual itu tertegun sejenak, namun ia kembali meneruskan perbuatannya.

Kini ia mulai menurunkan kualitas apelnya, sedikit demi sedikit. Pelanggannya sempat berkurang, namun keesokan harinya toko apelnya kembali dipenuhi pelanggan karena iklan penuh kebohongan yang dibuatnya secara besar-besaran. Para pelanggan pun lupa dengan kualitas apelnya dan tetap ramai memenuhi tokonya. Apel di tokonya menjadi simbol status sosial bagi kota itu.


Penjual itu tertegun sejenak, namun ia kembali meneruskan perbuatannya.


Tak terhitung sudah berapa pedagang buah dari kota lain dilarang berjualan di kota itu. Ia menggunakan segala cara agar ia dapat menjadi satu-satunya pedagang apel di kota itu. Membunuh, memeras, menyuap, memanipulasi, apapun ia lakukan agar monopoli perdagangan tetap dikuasainya.


Penjual itu memang sempat tertegun sejenak, namun ia kembali meneruskan perbuatannya. Bahkan ia menikmatinya.

Nampaknya, dia sudah mulai kebal dengan semua perbuatannya.


Saya jadi paham mengapa agama melarang kita untuk belajat ilmu kebal. Kekebalan membuat kita tidak bisa merasakan sakit, tak bisa membuat kita peka. Tahu-tahu kanker sudah merambahi seluruh tubuh. - Emha Ainun Nadjib

0 comments:

Posting Komentar