Buat Yang Belum Pernah Bilang I Love You, Mungkin Anda Ini Cuma Pengantar Susu!


(Cerita berikut ini terinspirasi dari film Perancis berjudul He Loves Me, He Loves Me Not yang dibintangi Audrey Tautou)

Pengantar susu adalah pengantar susu. Dia tak pernah menjadi penjual susu yang - layaknya penjual pada umumnya - selalu bermulut manis. Tidak. Pengantar susu tidak bisa bermulut manis. Ia lebih cenderung bermulut sepi daripada bermulut manis. Bermulut senyum? Mungkin, tapi sangat jarang sekali. Senyum tak akan membuat susu datang di depan pintu pelanggan tepat waktu. 

Mungkin karena alasan itu pengantar susu lebih membutuhkan kaki-kaki tangkas pengayuh pedal kehidupan yang harus tepat waktu. Kaki-kaki gempal dan pejal yang kuat mengarungi puluhan kilometer untuk mengantarkan nektar sapi dalam botol kaca. Ya. Kaki-kaki itu lebih bermanfaat daripada kata-kata bualan yang manis penuh jerat. Pengantar susu sepakat dengan hal ini. 

Pengantar susu tak memerlukan banyak partner dalam bekerja. Ia cukup bergaul dengan botol-botol kaca dan kaleng-kaleng besi. Pengantar susu tak perlu memiliki kemampuan Public Relations yang bagus. Tak perlu kemampuan Public Speaking yang mumpuni. Kedua kemampuan itu hanya wajib dimiliki penjual susu, bukan pengantar susu. 

Namun bagaimana dengan hati? Perlukah pengantar susu menyertakan hati dalam profesionalisme kerjanya? Pengantar susu diam saja. Ia jarang menginterview hatinya. Namun entah perlu atau tidak, pengantar susu telah melibatkan hatinya dalam urusan pekerjaan. 

Gadis itu. Gadis di rumah mungil bercat putih gading berpagar bambu yang setiap pagi mengambil susu dari depan pintu. 

Pengantar susu sering mengawasinya. 
Pengantar susu sering mengintipnya. 
Pengantar susu sering memperhatikannya. 

Pengantar susu sering memikirkannya. "Apakah ia telah bersuami? Apakah ia senang akan susu-susu yang masih hangat ketika sampai di genggamannya, bahkan di tenggorokannya? Adakah seseorang yang akan menyeka sisa-sisa susu yang menetes dari mulut ke lehernya yang jenjang?" 

Pengantar susu telah menjatuhkan hatinya bersamaan ketika ia menaruh botol susu yang kesekian di depan pintu rumah gadis itu. 

Ingin ia masuk dan mengajak gadis itu bicara panjang lebar. 
Ingin ia menyeruak ke dalam hati gadis itu dan menempelkan hatinya yang tak berhenti berdegup saat mereka dekat. 

Ingin ia memiliki gadis itu. 

Namun tak bisa. Tidak bisa. Dunia kita berbeda. Kondisi sosial kita tak sama. 'Agama' kita lain. Perbedaan ini terlalu besar untuk diselaraskan. Terlalu luas untuk disatukan. Lihat? Aku pengantar susu dan kau gadis rumahan. 

"Tak perlu kau khawatirkan bagaimana caramu mencintaiku, yang terpenting adalah bagaimana caraku menyayangimu".

0 comments:

Posting Komentar